Liputan6.com, Jakarta Anak kecil laki-laki bertubuh kurus itu bernama Glen Richard Pangalila. Hobinya bermain game console Nintendo. Begitu gemarnya ia bermain game console, setiap ada jenis terbaru pun pasti dibelinya, mulai dari Sega hingga PlayStation.
Sekitar tujuh tahun berlalu, Glen telah tumbuh menjadi seorang remaja laki-laki. Laiknya remaja laki-laki dan penggemar game pada masa itu, ia tak ketinggalan mencoba bermain game online yang sedang populer. Tak disangka, Glen jatuh cinta dengan permainan game online.
Tak sekadar hobi bermain biasa, dirinya menekuni bidang game online secara serius. Bahkan, saat Glen bermain DOTA (Warcraft) pada 2006, ia mulai mengikuti kompetisi game online. Tahun demi tahun berlalu, Glen muda pun menyadari bahwa bermain game adalah passion-nya dan ia bercita-cita menjadi gamer profesional.
Namun, perjalanan Glen untuk meraih cita-citanya tak semudah itu. Keseriusannya dalam dunia game sempat mendapat tentangan dari sang orangtua.
Pada saat itu, kebiasaan bermain game masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan belum dianggap sebagai sebuah peluang pekerjaan yang menjanjikan. Bahasa kasarnya, main game enggak bisa bikin kaya.
Glen pun menghadapi sebuah dilema besar dalam kehidupannya yang baru mulai memasuki dunia dewasa muda. Ia merasakan kembimbangan begitu hebat, apakah dia harus mengejar cita-citanya sebagai gamer profesional atau mengikuti kata orangtuanya dan memilih profesi yang lebih 'stabil'?
Pilihan karir yang dianggap 'nyeleneh'
Sebagian besar teman-teman seusia Glen memilih profesi yang lebih 'stabil' sebagai karier mereka, entah itu menjadi pegawai kantoran, dokter, atau arsitek. Jenis pekerjaan yang diharapkan orangtuanya.
Namun, Glen tidak mudah terbawa arus begitu saja. Ia masih berusaha mengejar passion-nya untuk menjadi gamer profesional. Glen tak pernah berhenti meyakinkan orangtuanya untuk mendukung pilihan hidupnya.
"Saya meyakinkan orang tua saya dengan cara saya membuktikan bahwa game memang bidang yang ingin saya tekuni. Bahasa kasarnya melawan orangtua, namun di sini melawannya saya ketika saya dilarang atau ditegur bermain game itu semata-mata karena saya semakin yakin bahwa saya bisa membuktikan bahwa kedepannya game akan dipandang jauh lebih baik dan memiliki perkembangan yang jelas dan menjanjikan," ucapnya.
Akhirnya, orangtua Glen mulai sedikit melunak. Sebagai jalan tengah, ia memilih pekerjaan yang diinginkan kedua orangtuanya tapi masih tetap di bidang gaming. Pada 2010, Glen mulai bekerja di sebuah publisher game internasional dan pada saat itulah karier profesionalnya di dunia eSports dimulai.
Sambil sibuk bekerja menjadi pegawai kantoran, ia tetap tekun bermain game dan mengejar ranking dalam permainan Arena of Valor (AoV). Sebuah permainan berjenis Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) yang pernah dinobatkan sebagai game terpopuler di Indonesia versi GooglePlay.
Memang benar-benar seorang gamer ulung, Glen cukup sering menduduki posisi Top Rank dalam permainan tersebut. Kehebatannya pun mampu menarik perhatian klub eSports besar di Indonesia, Dunia Games (DG).
"Dari awal saya main game, saya memiliki jiwa yang kompetitif. Kemudian, di game AoV saya mendapatkan kesempatan di mana saya membuktikan kemampuan saya dan dipanggil untuk bergabung dengan tim pro AoV (tim papan atas), yaitu tim DG ESports," kata dia.
Glen pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan bergabung dengan DG eSport. Ia masuk ke dalam tim saat pertengahan musim pertama liga AoV Star League 2018.
Awal bergabung dengan DG, Glen diminta untuk menempati posisi sebagai pemain observer. Padahal, pria yang dikenal sebagai 'Kurus' di kalangan para gamer ini merupakan pemain Dark Slayer Lane.
Glen pun harus belajar dan membiasakan diri bermain sebagai observer. Ia berhasil membuktikan bahwa kerja keras memang tak pernah mengkhianati hasil.
Ketekunanya untuk terus berlatih membuat Glen mampu memimpin tim DG eSport meraih hasil lebih baik di AoV Star League 2018 dan membawa timnya ke Grand Final Indonesia Game Tour. Kini, ia berhasil masuk ke jajaran atlet eSports Nasional yang akan berlaga di Asian Games 2018.
Langkah menuju Asian Games
Tanggal 31 Mei 2018 menjadi hari yang cukup bersejarah bagi Glen. Pada hari itu, ia mendapat kabar bahwa dirinya terpilih sebagai atlet eSports yang akan mewakili Indonesia dalam Asian Games 2018 untuk cabang olahraga eSports jenis AoV. Lebih istimewa lagi, ini merupakan pertama kalinya eSports menjadi cabang olahraga di Asian Games.
"Awalnya melalui proses kualifikasi yang diadakan oleh pihak Garena. Kemudian tim saya termasuk 5 tim besar yang berhak mendapatkan slot pemain untuk bisa di-voting dan menjadi Timnas AoV Indonesia. Ternyata, saya masuk dalam salah satu pemain yang bisa di-voting dan saya terpilih dalam 5 nama pemain untuk Timnas AoV Indonesia," ujar Glen.
Tak tanggung-tanggung, ia juga terpilih sebagai kapten untuk timnya. Akhirnya, orangtua Glen pun mulai memahami dan menerima pilihan hidup sang anak.
Pada Minggu (26/8/2018), Glen dan Timnas AoV telah bertanding di Asian Games 2018. Meski kalah dari China, tetapi mereka sudah menampilkan performa yang begitu baik.
Glen berharap dengan masuknya eSports sebagai cabang olahraga di Asian Games 2018, dapat mengubah paradigma masyarakat tentang dunia gaming. Supaya para gamers lainnya memiliki kesempatan yang lebih lebar untuk menunjukkan keahliannya di arena pertandingan, seperti Asian Games atau ajang sejenis.
"Orang seperti saya ingin membuktikan bahwa mereka (masyarakat) sudah harus memandang lebih baik lagi ke arah game. Karena di saat inilah perkembangan game yang lebih terbukti berkembang dengan pesat dan menjanjikan (pekerjaan, pendapatan, dan bisnis)," ucapnya.
Mari kita dukung Glen dan Timnas AOV lainnya untuk jadi Juara I dalam setiap pertandingan AoV!
(Adv)
No comments:
Post a Comment