Pages

Monday, December 24, 2018

Lebih Dahsyat dari Anak Krakatau, Kolapsnya Gunung Ini Picu Tsunami 243 Meter

Liputan6.com, Jakarta - Misteri penyebab tsunami Selat Sunda, yang datang tanpa pertanda pada Sabtu malam, 22 Desember 2018 mulai terkuak. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyimpulkan, pemicunya adalah aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan, Gunung Anak Krakatau terpantau erupsi pada Sabtu malam sekitar pukul 21.00 WIB, disusul tremor atau gempa vulkanik setara magnitudo 3,4.

Guncangan tersebut kemudian memicu terjadinya kolaps atau longsoran bawah laut, yang meluas hingga 64 hektare di bawah laut. Pergerakan gelombang air laut menyusul hingga menjelma menjadi tsunami.

Berdasarkan pemantauan citra satelit, tsunami setinggi 0,9 meter terpantau 24 menit setelah aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau.

Akibatnya fatal. Gelombang deras menerjang pesisir Selat Sunda, termasuk di Anyer yang sedang dipenuhi wisatawan.

Tsunami menerjang dari belakang panggung malam keakraban PLN, tepat ketika band Seventeen sedang beraksi. Setidaknya 373 orang meninggal dunia dan 1.459 lainnya luka-luka dalam musibah tersebut.

Tsunami Selat Sunda menjadi bukti bahwa gelombang gergasi bisa muncul tanpa didahului gempa tektonik. Dan, aktivitas gunung berapi bisa memicu tsunami.

Hal serupa pernah terjadi pada masa lalu. Bahkan lebih mengerikan.

Pada 2015, para peneliti yang melakukan studi di Kepulauan Cape Verde (Tanjung Verde) di Afrika Barat menemukan jejak mega-tsunami, yang kengeriannya tak terbayangkan oleh manusia.

Sekitar 73 ribu tahun lalu, Gunung Fogo runtuh seketika, memicu tsunami 800 kaki atau 243 meter yang melanda Pulau Santiago yang berjarak 30 mil atau 48 kilometer jauhnya.

Gunung Fogo diduga kolaps sekitar 73.000 tahun lalu, memicu tsunami raksasa (NASA)

Jika diperbandingkan, ketinggian terjangan air mencapai bagian atas Menara Eiffel yang tingginya mencapai 324 meter. Bahkan bisa menenggelamkan Patung Liberty yang tingginya 93 meter.

Reruntuhan Gunung Fogo memicu tsunami 800 kaki atau 243 meter, nyaris setinggi Menara Eiffel (Columbia University)

Saat ini, Gunung Fogo menjulang 2.829 meter di atas permukaan air laut. Sementara, Pulau Santiago, yang dulu menjadi wilayah terdampak paling parah, kini dihuni 250 ribu manusia. Tak terbayang apa jadinya jika hal yang sama terjadi saat ini.

Meski bencana tersebut terjadi di zaman prasejarah, hasil studi yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances memperingatkan bahwa runtuhnya gunung berapi bisa menimbulkan malapetaka, lebih dari yang dikira selama ini.

"Yang kami maksudkan adalah, peristiwa kolaps nya gunung berapi bisa terjadi sangat cepat dan katastropik. Yang bisa memicu tsunami raksasa," kata Ricardo Ramalho dari Lamont-Doherty Earth Observatory, Columbia University, Amerika Serikat. Untungnya, "itu tak sering terjadi."

Apapun, kata dia, manusia modern harus mempertimbangkan potensi bahayanya.

Kesimpulan itu sekaligus menghidupkan kembali perdebatan sengit di kalangan ilmuwan, tentang apakah gunung berapi bisa memicu mega-tsunami.

Para ahli sepakat, gunung api yang kolaps bisa menimbulkan bahaya. Seperti yang terjadi di Alaska dan Jepang dalam kurun waktu beberapa ratus tahun. Di antaranya bahkan memicu tsunami mematikan.

Sementara, sejumlah ilmuwan meragukan sebuah gunung besar bisa mendadak kolaps. Mereka berpendapat, gunung longsor dalam beberapa tahapan -- yang memicu serangkaian tsunami kecil.

Beberapa penelitian lain sebelumnya menyebut, sejumlah peristiwa kolapsnya gunung berapi pada masa prasejarah yang mengakibatkan megatsunami. Misalnya, di kepulauan Hawaii, Gunung Etna di Italia, dan Pulau La Reunion di Samudra Hindia. Namun, para kritikus mengatakan, contoh-contoh tersebut terlalu sedikit dan buktinya terlalu tipis.

Saksikan video terkait Gunung Anak Krakatau berikut ini:

Berikut adalah rekaman aktivitas Gunung Anak Krakatau usai mengalami erupsi yang menyebabkan timbulnya tsunami di Banten dan Lampung Selatan.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com http://bit.ly/2BG5qcx

No comments:

Post a Comment