Liputan6.com, New York - Harga emas naik kembali setelah sempat turun menyentuh level terendah dalam satu minggu di sesi sebelumnya. Fluktuasi ini terjadi usai Federal Reserve Amerika Serikat (AS) menurunkan suku bunga untuk ketiga kalinya pada tahun ini dan mengindikasikan adanya jeda pada tahun depan.
Melansir laman Reuters, harga emas di pasar spot naik 0,57 persen menjadi USD 1.495,10 per ounce. Harga emas berjangka AS naik 0,5 persen lebih tinggi menjadi USD 1.497,20.
Harga emas antara lain terimbas langkah The Fed yang menurunkan suku bunga kredit ke kisaran 1,5 persen menjadi 1,75 persen. Diprediksi bank sentral ini kemungkinan selesai memotong suku bunga.
Greenback yang melemah juga membuat emas dalam denominasi dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Adapun hal lain yang mendukung harga emas adalah laju reli di saham global terhenti di tengah kekhawatiran bahwa kesepakatan perdagangan tahap pertama Sino-AS bisa ditunda.
Ini setelah seorang pejabat administrasi AS mengatakan kesepakatan mungkin tidak selesai pada waktunya. Rencananya penandatanganan berlangsung di Chili pada bulan depan.
"Permintaan untuk emas batangan akan tetap utuh karena kesepakatan perdagangan 'fase 1' tidak membongkar tarif yang ada ... jadi mengingat kondisi ekonomi yang memburuk dan kekhawatiran yang membengkak terhadap prospek ekonomi global, aset safe haven seperti emas akan tetap didukung memasuki tahun 2020, ”kata Tan FXTM.
Harga Logam Lainnya
Di sisi lain, data yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan kepercayaan konsumen AS turun untuk bulan ketiga berturut-turut pada Oktober. Kondisi ini yang membantu harga emas.
Investor juga terus memantau perkembangan Brexit. Inggris akan mengadakan pemilihan Desember setelah Perdana Menteri Boris Johnson memenangkan persetujuan dari parlemen untuk pemungutan suara awal.
Di tempat lain, harga perak stabil di posisi USD 17,80 per ounce. Sementara platinum tidak berubah pada posis USD 920 dan paladium mendatar di USD 1.781.
No comments:
Post a Comment