Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik tipis dari level terendah dalam dua pekan pada perdagangan Selasa. Kenaikan harga emas ini karena pasar saham mengalami tekanan.
Investor tengah menunggu detail dari kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Kedua negara tersebut telah terlibat dalam perang dagang selama hampir dua tahun.
Mengutip CNBC, Rabu (27/11/2019), harga emas naik 0,42 persen ke level USD 1.460,98 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka juga naik USD 3,4 menjadi USD 1.460,30 per ounce.
Sebelumnya, harga emas sempat menyentuh level terendah sejak 12 November di angka USD 1.450,30 per ounce. Harga emas pada perdagangan Selasa naik tipis setelah mengalami tekanan dalam empat sesi berturut-turut.
"Satu-satunya cerita di sini adalah kesepakatan dagang China dengan AS. Beberapa sesi terakhir investor melepas emas sehingga harganya tertekan karena adanya harapan kesepakatan AS-china," jelas analis senior RJO Futures, Bob Haberkorn.
Wakil Perdana Menteri China Liu He, Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin tengah membahas hal terkait bea masuk pada Selasa kemarin.
Namun, meskipun ada optimisme di pasar untuk kesimpulan atas perang dagang yang berkepanjangan antara dua ekonomi terbesar di dunia, analis percaya bahwa harga emas akan tetap bullish dalam jangka panjang.
Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) mengatakan, spekulan meningkatkan posisi bullish mereka di COMEX emas dalam sepekan terakhir hingga 19 November.
Harga Emas Sulit Diprediksi karena Kesepakatan Dagang Tak Jelas
Sebelumnya, kebingungan dan ketidakpastian masih akan mendominasi pasar emas pada pekan ini. Analis dan investor masing terus bereaksi terhadap pergeseran sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.
Dikutip dari Kitco, Senin (25/11/2019), dalam survei mingguan menunjukkan bahwa pada analis di Wall Street terjebak ke dalam ketidakpastian. Hanya sedikit yang memperkirakan harga emas akan melonjak.
“Suatu hari kesepakatan dagang dengan China aktif dan kemudian hari berikutnya dibatalkan. Ketidakpastian ini mendukung emas tetapi tidak cukup untuk mendorong harga emas lebih tinggi, "kata analis MKS (Switzerland) SA, Afshin Nabavi.
Pada pekan ini, 16 analis pasar mengambil bagian dalam survei Kitco di Wall Street. Hasilnya, lima analis atau 31 persen mengatakan harga emas akan naik dan lima analis lainnya melihat pasar bakal mendatar. Di luar itu, enam analis atau 38 persen memperkirakan emas akan jatuh.
Sementara itu, 587 responden mengambil bagian dalam jajak pendapat Kitco. Sebanyak 292 pemilih atau 50 persen menyerukan emas naik. Sedangkan 173 lainnya atau 29 persen diperkirakan emas akan jatuh. Di luar itu, 121 pemilih yang tersisa atau 21 persen melihat pasar mendatar.
No comments:
Post a Comment