Bangkok - Timnas Thailand U-22 adalah satu-satunya kontestan di cabang sepak bola putra SEA Games 2019 yang tidak memanfaatkan regulasi dua pemain senior (di atas usia 22 tahun). Skuat racikan Akira Nishino itu 100 persen menggunakan pemain U-22.
Kebijakan itu kini diperbincangkan. Keputusan itu dianggap jadi satu di antara penyebab kekalahan mengejutkan dari Timnas Indonesia U-22 di matchday pertama penyisihan Grup B SEA Games 2019, Selasa (26/11/2019).
Setelah kekalahan 0-2 dari Tim Garuda Muda, Akira Nishino menyuguhkan beragam alasan yang menyebabkan tim asuhannya tumbang. Mulai kondisi lapangan, persiapan kurang, kondisi fisik, permainan lawan yang lebih apik, hingga komposisi pemain yang diboyongnya ke SEA Games 2019.
Sebelum bertolak ke Filipina, Akira Nishino harus menerima fakta ia kehilangan gelandang cemerlang Ekanit Panya, yang harus keluar dari daftar 20 pemain di SEA Games 2019. Padahal, dia merupakan salah seorang dari empat pemain yang disiapkan untuk membangun serangan di SEA Games 2019.
Tiga pemain lainnya adalah Supachai Chaided, Supachok Sarachat, dan Suphanat Mueanta. Keempatnya merupakan pemain muda yang sudah gabung timnas senior.
Namun, saat permintaan untuk mengganti pemain diterima, Nishino justru membawa bek, untuk menggantikan slot Ekanit Panya.
Jelang pertandingan kontra Indonesia, Nishino sudah merasa kekuatan lini tengah tim asuhannya tereduksi karena gelandang serang lainnya yang disiapkan, Worachit Kanitsribumpen, meragukan untuk dimainkan sebagai starter.
Worachit Kanitsribumpen pada akhirnya memang tak dimainkan, dan permainan Timnas Thailand U-22 terlihat tak menggigit. Nishino juga memutuskan untuk menyimpan dan baru menurunkan Supachok Sarachat di awal babak kedua.
Keputusan-keputusan itu berbuah hasil negatif; kalah dari Indonesia. Padahal, laga ini terbilang krusial untuk membuka jalan ke semifinal SEA Games 2019.
SEA Games 2019 Jadi Pemanasan?
Khusus untuk kebijakan tak menyertakan dua pemain senior (overaged player), Nishino buka suara. Ia menolak anggapan bahwa keputusannya itu membuat kekuatan tim asuhannya tereduksi.
Pelatih asal Jepang itu menyebut, keputusan itu ia ambil justru karena memercayai kualitas pemain U-22 Thailand.
"Menggunakan pemain senior mungkin memiliki keuntungan tersendiri," ujarnya, dikutip dari Bangkok Post.
"Tapi, saya yakin pemain kami mampu bersaing melawan tim manapun, termasuk tim yang menggunakan pemain senior. Kami harus memiliki kepercayaaan terhadap pemain sendiri," tegas pelatih Timnas Jepang di Piala Dunia 2018 itu.
Ada analisis lain di balik kebijakan Nishino tak mau memakai jasa pemain senior di SEA Games 2019. Hal itu ditengarai karena Nishino ingin mulai menjaga kestabilan tim asuhannya demi performa di Piala AFC U-23 2020. Ia ingin membiasakan skuatnya bermain dengan komposisi "sebenarnya".
Seperti diketahui, Thailand akan jadi tuan rumah Piala AFC U-23 2020, 8-26 Januari 2020. Di ajang itu, tidak ada regulasi penggunaan pemain senior.
Tiga besar dari ajang ini akan mendapat tiket bermain di Olimpiade 2020. Thailand sebagai tuan rumah memburu tiket tersebut.
Alhasil, mereka terlihat seperti lebih memprioritaskan Piala AFC U-23 2020 dan menjadikan SEA Games 2019 sebagai ajang "pemanasan" untuk menyiapkan tim.
Menarik dinanti, apakah Timnas Thailand U-22 benar akan mempertaruhkan medali emas SEA Games 2019 yang akan jadi kepingan emas keempat secara beruntun di ajang dua tahunan ini.
Sumber: Bangkok Post
Disadur dari Bola.com (Penulis Aning Jati, Editor Gregah Nurikhsani, Published 27/11/2019)
No comments:
Post a Comment